Kamis, 23 Desember 2010

Momentum Pada Roket

PRINSIP KERJA ROKET

Sebelum kita membahas tentang prinsip kerja roket, marilah kita perhatikan aplikasi hukum kekekalan momentum yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sebuah balon akan melesat dengan cepat, kadang berkelok-kelok di udara. Ketika balon melesat, udara didalam balon keluar dalam arah yang berlawanan dengan arah gerak balon. Momentum udara yang kaluar dari dalam balon mengimbangi momentum balon yang melesat dalam arah yang berlawanan tersebut. Prinsip yang sama berlaku pada peluncuran roket, dimana semburan gas panas menyebabkan roket bisa bergerak ke atas dengan kelajuan yang sangat tinggi. Sekarang marilah kita tinjau bagaimana variasi kecepatan roket terhadap jumlah bahan bakar yang terpakai. Apabila massa roket dan bahan bakar mula-mula m dan bergerak dengan kecepatan v relative terhadap Bumi, maka pada saat gas sebanyak ∆m keluar dari roket dengan kecepatan u relative terhadap roket, maka massa roket berkurang sebesar ∆m dan mendapat tambahan kecepatan sebesar ∆v. Perlu di ingat bahwa ∆m adalah pengurangan massa sehingga merupakan besaran yang mempunyai nilai negative, sedangkan kecepatan gas buang relative terhadap Bumi menjadi v – u.

Momentum awal : Pawal = mv

Momentum akhir : Pakhir = (m + ∆m)(v + ∆v) + (-∆m)(v - u)
= mv + m∆v + ∆mv + ∆m∆v - ∆mv + u∆m
= mv + m∆v + ∆m∆v + u∆m

Karena ∆m dan ∆v relative kecil, maka hasil perkaliannya yaitu ∆m∆v dapat diabaikan sehingga

Pakhir = mv + m∆v + u∆m

Hukum kekekalan momentum :
Pawal = Pakhir
mv = mv + m∆v + u∆m
∆v = - u ∆m/m
Contoh Soal :
Peluru bermassa 25 gram yang bergerak dengan kecepatan 1200 m/s, mengenai dan menembus sebuah balok bermassa 125 kg yang diam diatas bidang datar tanpa gesekan. Jika kecepatan peluru setelah mnembus balok 200 m/s, berapakah kecepatan balok setelah tertembus peluru ?
Jawab :
Dik : m1 = 25 gram = 0,025 kg
v1 = 1200 m/s
m2 = 125 kg
v2 = 200 m/s
Dit : v’……?
Jwb :
Pawal = Pakhir
P1 + P2 = P1’ + P2’
m1v1 + m2v2 = (m1 + m2) v’
0,025 . 1200 + 125 . 200 = (0,025 + 125) v’
30 + 25000 = 125,025 . v’
25030 = 125,025 v’
v’ = 200,199 m/s

Senin, 29 November 2010

pembuktian rumus usaha dan energi









USAHA DAN ENERGI


ENERGI
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, tetapi energinya tetap kekal.
Secara umum energy dapat dibedakan dalam berbagai bentuk yaitu energy potensial, energy kinetic, energy kalor, energy cahaya, energy nuklir dan energy murni. Energi potensial adalah energy yang dimiliki benda karena keadaan atau kedudukannya. Energi potensial ini meliputi energy potensial gravitasi, energy potensial elastis, energy potensial kimia, energy potensial nuklir, dan energy potensial listrik.
Energi potensial gravitasi dimiliki oleh benda yang berada pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah, sebagai contoh, air danau dipegunungan atau air didalam waduk yang tinggi. Jika air tersebut diberi kesempatan untuk jatuh (terjun), maka air tersebut dapat memutar turbin. Sedangkan energy potensial elastic dimiliki oleh suatu benda karena dalam keadaan diregangkan atau dimampatkan, sebagai contoh, busur panah yang berada dalam keadaan diregangkan apabila dilepaskan akan mampu melemparkan anak panah.


Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial ini berpotensi untuk melakukan usaha dengan cara mengubah ketinggian. Semakin tinggi kedudukan suatu benda dari bidang acuan, semakinbesar pula energy potensial gravitasinya. Usaha untuk mengangkat benda setinggi h adalah


W = Fs = mgh


Dengan demikian, pada ketinggian h benda mamiliki energy potensial gravitasi, yaitu kemampuan untuk melakukan usaha sebesar W = mgh. Jadi, energy potensial gravitasi dapat dirumuskan sebagai


EPg = mgh


Dengan,
EPg = energy potensial gravitasi (Joule)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = ketinggian benda dari bidang acuan (m)




Energi Kinetik
Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya pada benda terkait dengan perpindahan benda, yaitu perubahan posisi benda. Usaha ini akan memberikan tambahan energy pada suatu benda yang disebut energy kinetic, yaitu energy yang dimiliki oleh suatu benda karena geraknya. Untuk menghitung besar energy kinetic dengan menggabungkan rumus usaha W = Fs, rumus GLBB untuk kecepatan awal V2 = 2as, dan hukum II Newton F = ma.


W = Fs = (ma)(V2/2a) = 1/2 mv²


Usaha sebesar W = mv² ini merupakan usaha yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan kelajuan benda, yang berarti sama dengan bessarnya energy kinetic yang dimiliki benda pada saat kelajuannya sama dengan v. Dengan demikian, energy kinetic dapat dirumuskan sebagai


EK = 1/2 mv²


dengan
EK = energy kinetic (joule)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)




Kekekalan Energi
Bunyi hukum kekekalan energy, “ Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk energy lain”.
Ebensin Ekimia Egerak
Emekanik = EK +EP
Emekanik = konstan (kekal), selama tidak ada gaya dari luar.




USAHA
Dalam fisika, usaha berkaitan dengan suatu perubahan. Seperti kita ketahui, gaya dapat menghasilkan perubahan. Apabila gaya bekerja pada benda yang diam , benda tersebut bisa berubah posisinya. Sedangkan bila gaya bekerja pada benda yang bergerak, benda tersebut bisa berubah kecepatannya.
Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya adalah hasil kali antara komponen gaya yang segaris dengan perpindahan dengan besarnya perpindahan. Usaha juga bisa didefinisikan sebagai suatu besaran scalar yang di akibatkan oleh gaya yang bekerja sepanjang lintasan.
Misalkan suatu gaya konstan F yang bekerja pada suatu benda menyebabkan benda berpindah sejauh s dan tidak searah dengan arah gaya F, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Komponen gaya yang segaris dengan perpindahan adalah Fx = F cos α.


W = Fx . s = (F cos α) . s = Fs cos α

dengan :
W = Usaha (joule = J)
F = gaya (N)
s = perpindahan (m)
α = sudut antara F dan s (derajat atau radian)





HUBUNGAN USAHA DAN ENERGI
Usaha dan Energi Kinetik
Usaha yang dilakukan suatu gaya dapat mengubah energy kinetik benda.
W = ∆EK = ½ mv²akhir – ½ mv²awal
Catatan : Benda bergerak pada bidang datar atau ketinggian benda tetap.
Pembuktian rumus di atas:
W = ∆EK = ½ mv²akhir – ½ mv²awal

GLBB
Maka, V2 = Vo2 + 2as (x ½ m)
½ mv² = ½ mvo2 + mas
EK = EKo + F.s
EK – EKo = W
∆EK = W


Atau bisa menggunakan pembuktian di bawah ini :


Jika gaya F selalu tetap, maka percepatan a akan tetap juga, sehingga untuk a yang tetap
W1→2 = ∫1² F(s) . ds
= ∫1² m dv/dt . ds
= ∫1² mdv . ds/dt
= ∫1² mv . dv
= ∫1² mvdv
= ½ mv2 |12 → menggunakan perhitungan integral
= ½ mv2akhir - ½ mv2awal




GERAK HARMONIK
Gerak harmonik adalah gerak periodik yang memiliki persamaan gerak sebagi fungsi waktu berbentuk sinusoidal. Gerak harmonik sederhana didefinisikan sebagai gerak harmonik yangdipengaruhi oleh gaya yang arahnya selalu menuju ke titik seimbang dan besarnya sebanding dengan simpangannya.


Periode dan Frekuensi
Periode menyatakan waktu yang diperlukan untuk melakukan satu siklus gerak harmonik, sedangkan frekuensi menyatakan jumlah siklus gerak harmonik yang terjadi tiap satuan waktu.
∑F = ma
ky = mw2y
k = mw2
mengingat bahwa w = 2π/T, maka
k = m (2π/T)2
T = 2π √m/k
Karena f = 1/T, maka diperoleh :
F = 1/2π √k/m
Dari persamaan di atas menyatakan bahwa periode dan frekuensi gerak harmonic pada pegas hanya bergantung pada massa benda dan konstanta gaya pegas.

Rabu, 29 September 2010

Sejarah Satuan Internasional (fisika)

 1.Satuan Meter

          Ukuran satu meter ternyata berubah-ubah sepanjang zaman karena selalu direvisi oleh ilmuwan tiap zamannya. Berikut ulasannya :

8 Mei 1790 — The French National Assembly (Majelis Nasional Prancis) menetapkan 1 meter sama dengan panjang pendulum yang menempuh setengah periode selama satu detik.

30 Maret 1791 — The French National Assembly menyetujui usulan the French Academy of Sciences yang menyatakan bahwa 1 meter sama dengan 1/10.000.000 kali jarak sepanjang permukaan bumi dari kutub utara hingga khatulistiwa melalui meridian Paris.

1795 — Dibuat batasan 1 meter temporer dari logam kuningan.

10 Desember 1799 — The French National Assembly menetapkan batasan 1 meter platinum yang dibuat pada 23 Juni 1799 dan disimpan di National Archives, digunakan sebagai standar akhir.

28 September 1889 — Konferensi Umum tentang Berat dan Satuan (General Conference on Weights and Measures - CGPM) digelar untuk pertama kalinya dan menentukan 1 meter sebagai jarak antara dua garisan pada batang platinum dengan campuran iridium 10% yang diukur pada suhu titik lebur es (0 derajat Celcius).

6 Oktober 1927 — Konferensi CGPM ke-7 menyesuaikan definisi 1 meter untuk jarak, pada suhu 0 derajat Celcius, antara sumbu dari dua garis tengah yan ditandai pada panel prototipe platinum-iridium, panel ini menjadi subjek tekanan atmosfir standar dan dukungan pada dua silinder yang paling sedikit berdiameter 1 cm, simetris ditempatkan pada bidang horizontal pada jarak 571 milimeter dari yang lainnya.

14 Oktober 1960 — Konferensi CGPM ke-11 menetapkan 1 meter sama dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombang dalam ruang hampa sehubungan dengan transisi antara 2p10 dan tingkat kuantum 5d5 dari atom krypton-86 (Kr-86). (Dari sumber lain ada yang menyebutkan 1 meter sama dengan 1.650.761,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom-atom gas krypton-86 (Kr-86) di dalam ruang hampa pada suatu loncatan listrik.)

21 Oktober 1983 — Konferensi CGPM ke-17 menetapkan 1 meter sama dengan jarak yang ditempuh kecepatan cahaya (dalam ruang hampa) dalam selang waku 1/299.792.248 sekon.

2002 — Komite Internasional tentang Berat dan Satuan (The International Committee for Weights and Measures - CIPM) menganggap meter menjadi satuan panjang yang tepat dan dengan demikian merekomendasikan definisi yang membatasi "ℓ panjang yang cukup pendek dengan dampak yang diramalkan oleh relativitas umum yang bisa diabaikan untuk ketidakpastian yang realisasi".

2.Satuan Sekon

         Sebelum adanya pengukur waktu modern seperti sekarang ini (Arloji dan stopwatch) waktu dikur dengan menggunakan jm matahari dan jam pasir, waktu diukur dalam abad, tahun, bulan, hari, jam menit bahkan detik (second)
Sebelum tahun 1967 satu sekon ditetapkan sama dengan ( 1/60 ) ( 1/60 ) (1/24) atau dengan (1 / 86400) hari, jadi satu sekon = 1/86400 hari.
Akan tetapi kemudian hari diketahui bahwa waktu edar matahari rata rata itu berubah dari tahun ke tahun, sehingga pada tahun 1967 ditetapkanlah waktu standart, satu sekon adalah waktu yang diperlukan oleh atom sesium-33 untuk melakukan getaran sebanyak 9.192.631.770 kali.

 3.Satuan Kilogram

Ternyata orang orang yang hidup pada jaman dulu bangets punya cara sendiri dalam mengukur Panjang dan tinggi, yang dilakukan adalah dengan cara memakai “Jari, Jengkal atau bahkan Langkah”….Contohnya adalah Panjang Kayu Pentungan diukur dengan Jari, Panjang Meja diukur dengan jengkal dan jarak tempat ke tempat yang lain diukur dengan langkah.
Dari hal itulah maka jarak yang ada terkadang tidak sama antara yang dengan yang lainnya, karena “jari, jengkal dan langkah orang tidak ada yang sama, Jadi kalo pake bahasa yang ilmiah dikit “Satuan tersebut adalah satuan tidak baku
Tetapi dengan kemajuan zaman, perlahan tapi pasti orang sudah mulai menemukan alat ukur yang layak pakai dan baku, kita bisa lihat saat ini untuk mengukur panjang suatu benda dapat dipakai meteran kelos, yaitu alat ukur panjang yang dapat digulung dalam sebuah kotak (pekerja bangunan biasanya mengantongi alat ini dalam bekerja) dan untuk mengukur waktu digunakan Arloji atau stopwatch dan untuk menimbang masa digunakan neraca.
Pada tahun 1960, standart untuk satuan panjang telah ditetapkan dengan satuan meter, Satu meter (1 m) ditetapkan sebagai 1.650.763,73 kali panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh gas crypton-86 dalam ruang hampa. Meter standart inilah yang merupakan satuan yang dipakai di seluruh Dunia dan pada tahun 1983 pengertian satu meter diubah lagi,……yaitu didefinisikan senagai jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa dalam selang waktu 1 / 299.792.548 sekon.


4.Satuan Kelvin

        Satu Kelvin (K) adalah 1/273,16 kali suhu termodinamika titik tripel air (CGPM ke-13, 1967). Dengan demikian, suhu termodinamika titik tripel air adalah 273,16 K. Titik tripel air adalah suhu dimana air murni berada dalam keadaan seimbang dengan es dan uap jenuhnya.

5. Ampere

Satu Ampere (A) adalah kuat arus tetap yang jika dialirkan melalui dua buah kawat yang sejajar dan sangat panjang, dengan tebal yang dapat diabaikan dan diletakkan pada jarak pisah 1 meter dalam vakum, menghasilkan gaya 2 X 10-7 newton pada setiap meter kawat.

6. Candela

Satu Candela (Cd) adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik pada frekuensi 540 X 1012 hertz dengan intensitas radiasi sebesar 1/683 watt per steradian dalam arah tersebut (CGPM ke-16, 1979)

7. Mol

Satu mol zat terdiri atas 6,025 x 1023 buah partikel. ( 6,025 x 1023 disebut dengan bilangan avogadro ).




pustaka: wikipedia,Blogger,google.


resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut

Copyright © Deja Area | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑