Senin, 09 Mei 2011

Resume Akhlak Tasawuf

Buku yang berjudul ‘ilmu akhlak/tasawuf’ karangan H.Dadan Nurulqah ini membahas materi tentang konsep akhlak serta konsep tasawuf, buku ini terdiri dari 10 bab pembahasan tentang akhlak dan tasawuf. Berikut resume dari masing-masing bab :
BAB I KONSEP AKHLAK
A. DEFINISI AKHLAK
1. Makna Akhlak secara bahasa :
• Khuluq, perbuatan batin,budi;
• Khalqu,perbuatan lahir,pekerti;
• Akhlak , perbuatan batin yang memunculkan perbuatan-perbuatan lahir, budi yang memunculakan perkerti dan berikutnya munculah istilah yang sudah popular yaitu budi pekerti.
2. Makna Akhlak dalam Al-qur’an

    • 
Artinya :
”(agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu”(Q.S.Asyu’ara :137).

    
Artinya :
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”(Q.S.Al-qalam : 4).

       
Artinya :
“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”(Q.S. Al-‘araf : 199).
3. Makna secara istilah
• Kehendak yang dibiasakan (menurut ahmad angin);
• Sifat manusia yang terdidik (Abdul hamid yunus);
• Sifat yang tertanam dalam jiwa, daripada memunculkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa perlu pertimbangan pikiran (menurut Al-Ghazali).
B. OBJEK PERSOALAN AKHLAK
Yang menjadi objek perso’alan akhlak adalah qalbu manusia. Qalbu ini memunculkan sifat-sifat kehendak-kehendak, kecenderungan-kecenderungan untuk melakukan suatu perbuatan dan menjadi pusat yang mengendalikan gerak seluruh anggota badan.
C. PROSES TERBENTUKNYA AKHLAK
• Stimulus (rangsangan, dorongan, energy yang bersifat internal);
• Keinginan-keinginan (keinginan melakukan sesuatu);
• Bimbang
• Keputusan (keputusan untuk berbuat)
• Berbuat
• Sifat (suatu tabiat yang mewarnai)
D. TUJUAN MEMPELAJARI AKHLAK
Ilmu akhlak itu dipelajari dengan tujuan agar bisa memahami pola-pola berakhlak dan memiliki akhlak terpuji.
• Memahami pola berakhlak
Memahami pola qolbu yang bersih, yang memunculkan sifat bersih, pola perbuatan yang bersih. Dan juga memahami pola qolbu yang kotor, yang memunculkan sifat kotor, perbuatan yang kotor.
• Memiliki akhlak terpuji

BAB II NILAI AKHLAK
A. STANDAR NILAI AKHLAK
Standar nilai akhlak dapat dinilai dari beberapa aspek akhlakdiantaranya :
1) Hati Nurani
Hati nurani bisa dikatakan juga suara hati. Suara hati adalah kekuatan dalam hati yang cenderung pada kebaikan. Mendorong untuk berbuat baik, menunaikan kewajiban dan bila telah selesai, dia merasa senang.
Manusia yang baik adalah manusia yang memelihara keinginan hatinya, menghidupkan keinginannya untuk belas kasih, adil, dermawan dan sabar. Suara hati ada beberapa tingkatan, diantaranya :
• Melakukan kewajiban karena merasa takut manusia;
• Melakukan kewajiban karena merasa ada undang-undang;
• Melakukan kewajiban karena merasa seharusnya melakukan apa yang dipandang benar oleh dirinya;
• Kerapihan suatu pekerjaan besar.
Paham Intuitionis
Paham ini memandang bahwa setiap manusia itu memiliki kekuatan intuisi yang dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Intuisi merupakan kekuatan rasa yang memberi tahu pada hal-hal yang bersifat umum, bahwa yang benar itu baik dan yang dusta itu buruk.
2) konsensus masyarakat
dalam setiap kondisi, manusia terpengaruh oleh tradisi golongan tertentu karena ia hidup silingkungan mereka. Adpun paham-paham di masyarakat diantanya :
• Paham Tradisionalis
Paham ini memandang bahwa yang menjadi ukuran kebaikan itu adalah tradisi, yaitu adat kebiasaan yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat dan sudah ada sejak lama.
• Paham Hedonis
Paham hedonis merupakan suatu paham yang berpandangan bahwa ukuran kebaikan itu ialah bahagia.
3) Petunjuk Tuhan
Menurut paham ini, perbuatan yang baik itu adalah perbuatan yang sesuai dengan petunjuk dari tuhan dan perbuatan yang tidak baik adalah perbuatan yang menyalahi petunjukNya.

B. RENTANG NILAI AKHLAK
Nilai akhlak merentang dari perbuatan yang sangat terpuji hingga perbuatan yang sangat tercela. Perbuatan ini disebut dengan perbuatan etis. Akhlak terbagi kedalam 2 bagian :
• Akhlak terpuji
Adalah sifat-sifat terpuji yang memunculkan serangkaian perbuatan-perbuatan yang terpuji secara konsisten. Contoh akhlak terpuji diantaranya kasih saying, adil, hemat, istiqamah,memaafkan, membalas budi.
• Akhlak tercela
Adalah sifat-sifat tercela yang memunculkan serangkaian perbuatan-perbuatan yang tercela secara konsisten. Contoh akhlak tercela diantaranya zalim, sombong, dengki, fitnah, dan lain-lain.














BAB III CIRI DAN ARAH AKHLAK
A. CIRI-CIRI AKHLAK
• Pangkalnya disengaja :
                              •    
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”(Q.S.3:159)
• Kehendak
Perbuatan itu ada yang alami da nada yang diawali dengan kehendak.
• Kekuatan kehendak
Kehendak merupakan penggerak segala perbuatan manusia, membangunkan kekuatan sifat-sifat manusia.
• Pendorongan berbuat
Pendorongan berbuat memiliki arti :
o Sesuatu yang mendorong kita untuk berbuat
o Sesuatu yang menarik kita untuk berbuat
B.ARAH AKHLAK
Arah akhlak itu berarti akhlak itu ditujukan kepada siapa dan dengan cara apa.
I. Bentuk akhlak terhadap Allah diantaranya :
• senantiasa mengesakan Allah dalam setiap tindakan, karena didalam Al-qur’an dikatakan
•                  •   
Artinya :”Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”(Q.S An-nissa :116).

• Senantiasa patuh kepada Allah Swt,
• Senantiasa bersifat yang diperintahkan Allah,
• Senantiasa hanya memohon kepada Allah, sebagaimana didalam Al-qur’an :
                                                                             •     
Artinya :” Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.(Q.S.An-nur :31)
• Memohon karunia hanya kepada Allah swt.
• Menyampaikan keluhan kepada Allah swt.

II. Bentuk Akhlak terhadap makhluk :
• Kerja keras (memaksimalkan segala kemampuan diri untuk mencapai suatu tujuan).
• Hemat (berarti hidup sederhana,teliti menggunakan anugrah secara proporsional)
















BAB IV POTENSI DASAR DAN SIFAT MANUSIA
A. POTENSI DASAR
Potensi dasar terbagi dua yaitu :
a. Potensi fitrah
Adalah potensi dalam dasar ketuhanan yang dimiliki oleh setiap manusia secara internal. Ada beberapa jenis fitrah diantaranya :
• Fitrah beriman
Berarti potensi asal manusia itu disiapkan untuk beriman. Sebagaimana didalam Al-qur’an :
            
Artinya :” (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”(Q.S.Ra’du :28).


• Fitrah berislam
Berarti potensi asal manusia disiapkan untuk berislam secara formal. Sebagaimana didalam Al-qur’an :
                
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(Q.S.)
• Fitrah berihsan
Berarti potensi asasi manusia disiapkan untuk berihsan. Sebagaimana didalam Al-qur’an :

            
Artinya :yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Al-mulk :2),

B. SIFAT UTAMA
Sifat-sifat terpuji banyak sekali jumlahnya, pusatnya pada hati dan mewarnai segenap tindakannya. Dalam konteks ini akan difokuskan pada empat sifat yang memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam setiap tindakan individu maupun kelompok masyarakat.
• Ikhlas
Ikhlas berasal dari kata khalsha yang berarti jernih, murni, suci, bersih dari segala campuran yang mengotorinya, yang mencemarinya. Secara istilah ikhlas berarti membersihkan niat dalam menunaikan kewajiban sebagai hambanya ataupun sebagai khalifahnya.
• Sabar
Sabar berasal dari bahasa arab yang berarti menahan, baik secara fisik seperti seseorang dalam tahanan ataupun secara non fisik seperti menahan diri dari sesuatu yang diinginkan. Didalam Al-qur’an dikatakan :
               
Artinya :” dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”(Q.S.Thaaha :132).
• Syukur
Bersyukur berarti mengakui kebajikan, berterimakasih kepada pihak yang telah berbuat baik kepadanya.
• Tawakal
Tawakal diambil dari kata wakala yakilu, yang berate mewakilkan, menyerahkan, membiarkan, serta merasa cukup.
                            
Artinya :”. diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”(Q.S.Albaqarah:216).

BAB V STATUS, KEWAJIBAN DAN HAK
PENDAHULUAN
Masyarakat islam itu tegak berlandaskan pijakan aqidah yang kokoh, yang menentukan falsafah hidupnya secara menyeluruh.
A. STATUS
Status itu berarti peran atau kedudukan dengan segala potensi yang dimilikinya, status manusia dimuka bumi ini memiliki dua sisi seperti dua sisi mata uang, yaitu sebagai khalifah dan sebagai hamba.
a) Status sebagai hamba
Dimata Allah swt, manusia merupakan makhluk kecil yang berjalan di muka bumi dalam waktu yang sangat singkat dan dalam kondisi yang sangat rentan. Pengetahuan, kebajikan, indera-indera yang dimiliki manusia, merupakan titipan sebagai amanah dari Allah swt, dan kapan saja akan diambil.
b) Status sebagai khalifah
Sebagaimana firman Allah swt :
                     •                                   •                            
Artinya :30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
B. KEWAJIBAN
a) Kewajiban seorang hamba
Kewajiban merupakan hal-hal yang harus ditunaikan seseorang dalam posisinya sebagai hamba Allah swt.
b) Kewajiban seorang khalifah
Merupakan hal-hal yang harus ditunaikan seseorang dalam posisinya sebagai khalifah Allah swt.
C. HAK
Merupakan sesuatu yang layak diperoleh setelah menunaikan kewajiban, setelah menunaikan kewajiban tertentu maka kita berhak mendapatkan hak tertentu pula.




















BAB VI KONSEP TASAWUF
A. PENGERTIAN TASAWUF
1) Secara Bahasa
Berasal dari kata shuf, yang berarti wol, atau berasal dari kata shifa yang berarti suci, bening. Berasal dari ahklusuffah yang berarti penghunu serambi masjid, berasal dari shaff berati barisan.
2) Secara istilah
Dapat diartikan sebagai :
a) Berarti cara mendekatii tuhan;
b) Beerarti tekun beribadah dan zuhud terhadap apa yang diburu orang banyak;
c) Tasawuf berarti membersihkan diri;
Tasawuf dalam Al-qur’an dikatakan :
            
Artinya :” dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”(Q.S.Al-furqan:63).
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN TASAWUF
a) Tujuan :
• Menulusuri garis hubungan hamba dengan tuhannya;
• Memiliki rasa rohaniah antara hamba dengan tuhannya;
• Menemukan identitas diri;
• Berakhlak seperti rasulullah;
b) Kegunaan :
• Memenuhi kebutuhan batin manusia;
• Menjadi penguat iman;
• Menjadikan sesuatu yang istimewa.
C. FUNGSI TASAWUF
• Terhadap keindahan akhlak
Akhlak yang baik itu disebut juga dengan ihsan. Ihsan itu berarti merasa dilihat oleh Allah swt. Merasa dilihat Allah swt merupakan langkah awal masuk ke khasanah tasawuf.
• Terhadap keindahan teknologi
Dengan nilai tasawuf menjadikan teknologi informasi tidak menjadi sekuler. Teknologi diwarnai oleh nilai-nilai ilahiah. Secara lahir, tidak menyimpang dari rambu-rambu syari’at lahir dan secara batin tidak menyimpang dari rambu-rambu syari’at batin.

D. ASAL USUL,WILAYAH, DAN OBJEK TASAWUF
1) Asal-usul Tasawuf :
Ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan bersifat batiniah, itu disebut juga aspek spiritual, aspek mistik, aspek esoterik, yang merupakan kajian tasawuf.
2) Penyebab munculnya tasawuf
Tasawuf muncul karena ajaran islam memiliki wilayah kajian khusus yang berada diluar kajian ilmu fiqih.
E. SIKAP UMAT TERHADAP TASAWUF
1. Positif thingking
Dari kalangan pejalan (esoteris) memandang sufisme sebagai inti dari ajaran islam dan mereka tidak peduli pertanyaan apakah sufisme itu sesuai dengan ajaran islam atau tidak? Mereka memastikan bahwa persoalan khasyif tidak bisa secara utuh dikomunikasikan dengan kata-kata.
2. Negative thingking
Dari kalangan faqaha (eksoteris) ahli syari’at memandang sufisme sebagai non islam. Mereka tidak peduli apakah sufisme mempunyai tempat didalam islam ataukah tidak. Mereka menganggapnya dengan sikap syak. Kemudian meningkat menjadi celaan yang menimbulkan ketegangan yang memuncak dengan pengkafiran dan penghhukuman mati terhadap martir.




BAB VII PERKEMBANGAN TASAWUF
A. KONSEP DAN CIKAL BAKAL TASAWUF
Istilah tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti bersih, suci, yang artinya langkah mereka diarahkan pada kesucian batin sebagai upaya mendekati zat yang maha suci. Abu yazid mendefinisikan bahwa tasawuf itu mendefinisikan bahwa tasawuf itu upaya melepaskan diri dari perangai tercela.
Menurut imam Ghanimi taflazani terdapat 5 karakteristik tasawuf secara umum :
• Memiliki nilai-nilai moral;
• Pemenuhan fana dalam realitas mutlak;
• Pengetahuan intuitif langsung;
• Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah.
• Penggunaan symbol pengungkapan yang mengandung makna tersirat.
CIKAL BAKAL TASAWUF
Tasawuf sudah ada sejak zaman nabi,hal ini dapat dilihat dalam hal ibadah dan kehidupan nabi. Sebelum diangakat menjadi rasul, berbulan-bulan terutama dibualan ramadhan, beliau berkhalwat, mengasingkan diri, digua hira, disana beliau bertafakur membersihkan diri dari karakter-karakter manusia pada umumnya saat itu.
B. MATA RANTAI TASAWUF
1) Tasawuf abad ke satu dan ke dua hijriah (dari zuhud ke tsawuf), kondisi social politik telah berubah dari masa sebelumnya. Konflik politik yang berawal dari masa utsman bin affan it uterus berlanjut. Berikutnya munculah kelompok-kelompok muawiyah, syi’ah, khawarij dan murjiah.sejak awal kekuasaan bani umayah kehidupan politik berubah total. Mereka mulai menganut system pemerintahan monarki. Semua lawan politiknya dikejar kemana-mana untuk dibersihkan, puncaknya pada peristiwa terbunuhnya husen bin abi thalib di karbala.
2) Kajian tasawuf pada abad ke tiga dan ke empat, pada abad kesatu hijriah, cara hidup juhud sudah dimulai, lalu pada abad ketiga dan keempat dimulailah kajian-kajian kesufian, dalam kajian tersebut terdapat dua kecenderungan dua tokoh. Kecenderungan pertama pada kajian tasauf yang bersifat akhlak yang didasarkan pada Al-quran dan As-sunnah (Tasauf Sunni). Kecenderungan kedua pada kajian tasauf filsafat dan banyak berbaur dengan kajian Filsafat Metafisika.
3) Perkembangan tasawuf pada abad ke lima hijriah, setelah al-hajaj meninggal, tasawuf filsafat semakin tenggelam. Sementara tasawuf sunni semakin mendapat tempat dihati masyarakat. Hal ini sejalan dengan keunggulan teologi as-syi’ariah yang sejalan dengan tasawuf sunni.
4) Perkembangan tasawuf pada abad keenam dan ketujuh hijriah, setelah menghilang ditengah-tengah masyarakat, maka pada awal abad keenam hijriah, tasawuf filsafat muncul kembali dalam bentuk yang lain.
5) Perkembangan tasawuf pada abad kedelapan hijriah dan seterusnya, diawal abad kedelapan hijriah (abad 14 M) tidak lagi terdengar pikiran yang baru dalam tasawuf. Meskipun banyak kaum sufi yang menuangkan pikiran-pikirannya tentang tasawuf, tidak lagi mengeluarkan pendapat yang baru yang dapat dikembangkan.













BAB VIII MAQAM DAN HAL
A. DEFNISI MAQAMAT
Istilah maqamat merupakan jamak dari maqam yang berarti tempat atau kedudukan. Dalam terminologi tasawuf, maqamat berarti kedudukan spiritual yang diperoleh melalaui mujahadah.
Stuktur maqamat, salah satu rangkaian maqamat diantaranya :
• Tobat
Tobat berasal dari kata taba yatubu-taubatan, yang berarti kembali.
• Zuhud
Zuhud berate tidak ingin yaitu tidak menginginkan sesuatu yang bersifat duniawi.
• Wara
Wara berarti menjauhkan diri dari perbuatan tercela, dosa dan yang subhat.
• Faqir
Fakir berarti membutuhkan sesuatu, yaitu membutuhkan hal yang bersifat spiritual.
• Sabar
Sabar berarti tabah, bertahan menghadapi cobaan, bertahan ketika meninggalkan maksiat,bersabar menunggu pertolongan tuhan.
• Tawakal
Berarti berserah diri kepada keputusan Allah, apapun keputusan dari Allah swt.
• Ridha
Berarti rela, suka, senang. Rela dengan tidak menentang kadar yang diberikan tuhan kepadanya.









B. AHWAL
Definisi ahwal merupakan jamak dari hal, berarti kedaan mental (state) yang diperoleh sebagai anugrah dari Allah swt.
STUKTUR AKHWAL MELIPUTI :
• Muraqabah, berarti kondisi kejiwaan yang dengan sepenuhnya berada dalam keadaan konsentrasi dan waspada.
• Mahabbah, berarti mencintai yaitu bertemunya dua kehendak uhan dan kehendak hamba.
• Khauf, berarti takut yang berarti takut yang terkait dengan kejadian mendatang.
• Raja
• Berarti berharap mengenai sesuatu yang diinginkan terjadai pada masa mendatang.
• Shauq, berati rindu sebagai luapan perasaan yang mengharapkan senantiasa bertemu dengan sesuatu yang dicintai.
• Uns, berarti ras sukacita, sebagai kondisi kejiwaan yang merasa sedimikian dekat kepadanya.
• Tumaninah, berarti keteguhan dan ketentraman hati dari segala hal yang dapat mempengaruhinya.
• Musyahadah, berarti persaksian yang berkenaan dengan muhadharah, berarti kehadiran qalbu.
• Yaqin
Yaqin berarti percaya sebagain paduan, antara ilm a yakin, yang berarti sesuatu yang ada dengan syarat adanya.









BAB IX MAHABBAH DAN MA’RIFAH
A. MAHABBAH
Berarti cinta yaitu cinta kepada Allah swt. Ada 3 tingkatan mahabbah yaitu :
• Cinta biasa yaitu mengingat tuhan dengan dzikir nama-nama Allah.
• Cinta siddiq, yaitu cinta orang yang kenal kepada kebesaran tuhan, cinta semacam ini bisa menghilangkan tabirpemisah antara dirinya dengan tuhan.
• Cinta orang arif, yaitu cinta orang yang tahu betul kepada Allah swt.
Didalam Al-Qur’an dijelaskan :
                 •                      
Artinya :” Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui” (Al-maidah :30).

    •           •             
Artinya : “pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya”(Al-imran : 30).

B. MAKRIFAH
Berarti mengenal yaitu mengenal tuhan dari dekat. Makna ma’rifah adalah :
• Saat matahari terbuka untuk melihat maka mata kepala tertutup.
• Makrifah seumpama cermin. Melihat kecermin itu yang dilihatnya dia.
• Yang dilihat arif, saat bangun atau saat tidur hanya dia.
• Sekiranya makrifah berwujud materi bercahaya, maka semua cahaya akan menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang gemilang.

Ada 3 tingkatan makrifat :
• Makrifat awam;
• Makrifat alim;
• Makrifat alim.














BAB X TASAWUF DAN MASYARAKAT MODERN
A. KRISIS MODERNISME
Proses modernisasi di barat memberi dampak positif dan negative. Positifnya membawa kemudahan-kemudahan dalam penyelesaian berbagai persoalan kehidupan sedangkan negatifnya menimbulkan krisis makna hidup.

0 komentar:

Posting Komentar

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut

Copyright © Deja Area | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑