Minggu, 26 Mei 2013

Kancil dan Buaya

Seperti biasa, kancil dengan segala kecerdikannya selalu saja bisa menaklukan berbagai masalah yang menimpa hidupnya. Salah satunya saat harus menyebrangi sungai untuk melanjutkan perjalanan kehutan sebrang. Hari itu memang ia hendak menyebrangi sungai, namun dari kejauhan seperti biasa ada buaya yang siap memangsanya. Ia pun merancang ide cerdik untuk menyebrangi sungai, dalam hati ia berkata “Hanya buaya satu itu aku pasti bisa menyebrang..... tiap hari kan aku lewat sini..!” Tiba dipinggir sungai kancil melihat satu buaya yang terdiam ditengah sungai, dengan berani sikancil memanggil buaya itu “Hei buaya..... sebrangkan aku! Nanti aku beri engkau imbalan....”ujar si kancil. Tanpa berkata panjang sang buaya pun mendekat ke tepian sungai menghampiri kancil. Dengan heran si kancil bertanya-tanya dalam hatinya “aneh..... biasanya dia membuat kesepakatan dulu.... tapi kanapa sekarang tidak yah....!” sikancil pun naik keatas punggung sang buaya, sepanjang perjalanan si kancil pun banyak bicara “Hey buaya.... kamu lapar kan? Nanti setelah aku menyebrang aku kasih kamu makanan yang banyak pokoknya...! ”Ujar si kancil, namun tetap saja sang buaya hanya diam menyebrangkan si kancil dari tepi sungai satu ke tepi lainnya. Berkali-kali si kancil bertanya tetap saja tidak ada ucapan sepatah katapun dari sang buaya. Setelah sampai tujuan si kancil pun langsung meloncat dan menertawakan buaya.    Seperti biasa si kancil dengan kecerdikannya selalu membohongi buaya walaupun  ia berjanji akan memberi imbalan saat menyebrang. Namun ada yang aneh dengan sang buaya, bukannya marah ia malah bergegas kembali ketengah sungai tanpa bicara sedikitpun. Si Kancil pun heran dengan sikap buaya yang aneh, Hingga akhirnya kancilpun pergi dan tidak menghiraukannya.

Hari berganti hari, sang buaya hanya murung tetap dalam kondisi semula diam ditengah sungai. Berkali-kali hewan hutan meminta menyebrang sungai, ia menurutinya. Beberapa hewan pun merasa aneh dengan perubahan sikap sang buaya, sang buaya sepertinya tidak pernah makan akhir-akhir ini, ia hanya terdiam sendiri ditengah sungai seolah-olah menunggu sesuatu. Berkali-kali sikancil pun menyebrang sungai dan tertawa-tawa membohongi sang buaya, namun tetap saja sang buaya tidak marah ia kembali ketengah sungai dan diam disana. Sang buaya yang biasanya memangsa siapapun yang menyebrang sungai kini hanya diam seribu kata. Matanya yang redup menandakan bahwa ia sudah tidak bersemangat lagi.


Dari kejauhan diatas langit hutan yang lebat terlihat bidadari cantik turun hendak menghampiri sang buaya. Bidadari cantik itu menghampiri sang buaya karena khawatir terhadap sang buaya. Sang bidadari pun bertanya kepada sang buaya ”Kenapa akhir-akhir ini kamu berhenti memangsa,... apakah telah terjadi sesuatu? ” sang buaya pun menjawab “aku bertemu dengan seorang petapa, dia berkata bahwa kehidupan didunia ini hanya sementara dan tak abadi, ada suatu tempat disana yang akan membuatmu hidup tenang dalam kedamaian, serta abadi. Perbuatanku memangsa memang bukanlah hal yang dibenarkan. aku ingin sekali ketempat itu, dan aku bosan disini. Disini aku hanya disalahkan sebagai pemangsa, padahal itu kodratku saat terlahir didunia. Andai sebelum terlahir aku bisa memilih, mungkin aku memilih terlahir sebagai kancil atau bahkan hewan lainnya yang lebih terhormat, si petapa itu pun bilang terlahir sebagai apapun kita, kitalah yang menentukan apakah hidup kita digunakan untuk kebaikan  atau untuk keburukan. 

Sejak saat itu aku memutuskun untuk tidak memangsa lagi, bahkan ketika hewan lain ingin menyebrang, dengan ikhlas akan aku sebrangkan tanpa imbalan, karena aku sadar aku harus berbuat baik agar aku bisa ketempat itu.” “Jadi kamu ingin ketempat itu?” tanya Bidadari. “Tentu saja ingin.... walaupun aku sadar tempat itu tidak layak untukku..... aku telah memangsa dan memakan daging mangsaku selama bertahun-tahun dan aku tersadar akan dosa-dosa itu..!” mendengar itu sang bidadaripun berkata “Kalau begitu lihatlah keatas langit dan lihat warna-warna itu !” sanga buaya pun melihat kelangit, ia melihat warna-warnah yang berubah hingga akhirnya warna-warna itu menjadi gelap dan ia tak tersadar. Gemuruh hujanpun terdengar lengkap dengan aliran sungai yang membawa tubuh sang buaya yang kini tak bernyawa. Terhanyut dalam aliran sungai dan entah akan sampai mana. Kini sang buaya telah tiada, rasa rindu pun dirasakan sang kancil dan hewan-hewan hutan lainnya. Betapa tidak, seseorang jahat sekalipun sangatlah dirindukan orang ketika ia mengakui kejahatannya dan berubah menjadi sesorang yang lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut

Copyright © Deja Area | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑